Berdasarkan data per 4 Desember 2020 yang dikeluarkan dari situs resmi COVID-19 di Indonesia, telah ada 563.680 kasus positif, dengan kesembuhan sebesar 466.178 kasus. Meskipun angka kesembuhan ini cukup tinggi apabila dibandingkan dengan keseluruhan kasus positif, para penyintas COVID-19 tetap merasakan dampak jangka panjang yang baru ditemukan akhir-akhir ini oleh para peneliti. Hal ini tentu saja mewajibkan kita untuk lebih berhati-hati lagi saat beraktivitas di masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) ini. 

Dampak apa saja yang ditimbulkan setelah seseorang sembuh dari COVID-19?

Dilansir dari artikel CNN, seorang penyintas COVID-19 bernama Hannah Davis mengaku mengalami kabut otak atau dikenal dengan istilah brain fog. Kabut otak sendiri mengakibatkan sang penderita untuk mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi, fokus serta gangguan berpikir serupa. Kondisi ini semakin parah ketika Hannah mengaku bahwa dia tidak bisa mengemudi serta melihat layer selama beberapa bulan. Kini, Hannah bergabung dengan tim peneliti yang mengalami kejadian serupa untuk membantu para ahli dalam memahami gejala yang diberi istilah long Covid.

Dampak jangka panjang yang dialami penyintas COVID-19 tidak berhenti di sini. Di London, seseorang bernama Ondine Sherwood mengalami kelelahan serta masalah pada gastrointestinal setelah dinyatakan sembuh dari COVID-19. Dampak jangka panjang ini dapat menunjukkan gejala beragam yang bergantung pada setiap individu. Di Indonesia sendiri, seorang penyintas bernama Juno Simorangkir membentuk sebuah support group bagi para penyintas yang dilaporkan mengalami jantung berdebar, kelelahan ekstrim serta tinnitus. 

Ketidaktersediaan data serta penelitian terkait dampak jangka panjang COVID-19 mendorong para peneliti Amerika Serikat untuk mengeluarkan beragam studi. Penelitian oleh Centers for Disease Control and Prevention menunjukkan bahwa 35% dari orang dewasa tidak mengalami penurunan gejala setelah 2 hingga 3 minggu dinyatakan positif COVID-19. Hannah Davis bersama tim relawan kini tengah melakukan survey terhadap para penyintas COVID-19 melibatkan 5000 peserta di 72 negara, yang berupaya untuk mengidentifikasi gejala jangka panjang apa saja yang mungkin timbul setelah seseorang dinyatakan sembuh. Dampak jangka panjang yang umum dirasakan berupa masalah pernapasan, kehilangan ingatan, kesulitan berkonsentrasi serta temuan terbaru menunjukkan kemungkinan terjadinya kabut otak

Dengan fakta terbaru ini tentu saja kita harus kian waspada terhadap kemungkinan penularan virus COVID-19. Bagi kamu yang tetap beraktivitas di luar rumah, selalu pastikan untuk menerapkan protokol 3M yang berlaku ya agar terhindar dari virus COVID-19!

Kontributor: Addina Shafiyya Ediansjah

Waspada Bahaya Kabut Otak Usai Sembuh dari COVID-19

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *