Pada awal Oktober 2020, sebuah studi dari Kyoto Prefectural University of Medicine, Jepang menemukan bahwa virus korona bisa bertahan hingga 9 jam di permukaan kulit. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibanding virus influenza A yang rata-rata bertahan selama 2 jam saja di kulit. Apabila tercampur dengan lendir, virus penyebab COVID-19 ini bahkan bisa bertahan lebih lama, yakni sekitar 11 jam. FYI, studi ketahanan virus korona ini dilakukan menggunakan sampel kulit manusia dari otopsi yang berusia satu hari setelah kematian.
Dikutip dari Live Science, tingginya kestabilan SARS-CoV-2 di kulit manusia ini memungkinkan risiko penularan virus yang lebih tinggi melalui kontak secara langsung. Untungnya, baik virus korona maupun virus influenza A dapat dinonaktifkan setelah 15 menit menggunakan hand sanitizer yang mengandung etanol 80%. Temuan ini juga menekankan pentingnya mencuci tangan demi mencegah penyebaran COVID-19.
Memangnya, seberapa efektifkah cuci tangan dalam mencegah penyebaran virus?
Tangan kita adalah perantara penting untuk transmisi mikroorganisme (Edmonds-Wilson, dkk., 2015). Sayangnya, beberapa laporan dari berbagai negara yang dikumpulkan oleh Erasmus, dkk. (2010) menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan kebersihan tangan diperkirakan hanya 40%.
Dilansir dari BBC, kebiasaan higienitas sederhana berupa cuci tangan memberikan kemungkinan untuk terhindar dari penyakit akibat kuman yang resisten terhadap obat antimikroba dan pandemi. Dalam salah satu studi dari London School of Hygiene and Tropical Medicine pada tahun 2006, ditemukan bahwa mencuci tangan secara teratur dapat mengurangi risiko infeksi pernapasan antara 6—44%.
Tahukah kamu, tak hanya menghilangkan virus dan mencegah penyebaran penyakit, mencuci tangan dengan sabun menjadi penting, terutama di kala pandemi COVID-19. Dilansir dari CDC, ini dia alasannya:
- kuman dari tangan yang tidak dicuci dapat berpindah ke makanan dan minuman saat menyiapkan makanan
- kuman juga dapat berpindah ke benda lain yang kita sentuh, seperti susuran tangga atau eskalator, permukaan meja, peralatan elektronik, dan bahkan ke tangan orang lain
- kebanyakan orang punya kebiasaan menyentuh mata, hidung dan mulut tanpa sadar
- cuci tangan membantu melawan peningkatan resistensi antibiotik
Jangan asal-asalan, ini langkah-langkah cuci tangan yang efektif
Cuci tangan yang efektif harus dilakukan selama selama 20-30 detik. Jika tidak ada sabun dan air bersih, kamu bisa menggunakan hand sanitizer dengan kandungan minimal alkohol 60% selama 20 detik. Oh iya, pengaplikasian sabun atau hand sanitizer juga harus benar lo. Tengok infografis di bawah ini untuk mengetahui gerakan cuci tangan yang benar.
Gambar 1. Langkah cuci tangan yang benar (WHO, 2020)
Ada tiga aspek penting dalam membentuk kebiasaan cuci tangan yang efektif, yakni air mengalir, penggunaan sabun, dan pengeringan tangan yang bahkan menjadi salah satu hal vital dalam potensi penyebaran penyakit. Penasaran apa alasan di balik pentingnya ketiga aspek tersebut dan hubungannya dengan cuci tangan yang benar? Simak ulasan lengkapnya dalam artikel berikut!
Lengkapi langkah pencegahan penyebaran virus korona dengan memakai masker setiap keluar rumah dan menjaga jarak dari kerumunan
Di kala pandemi COVID-19 ini, menerapkan protokol kesehatan menjadi tanggung jawab tiap orang terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Meskipun kamu sudah menerapkan protokol kesehatan, kalau orang-orang di sekitarmu tidak peduli, potensi penularan virus itu tetap ada. Begitu juga sebaliknya. Nah, dengan kerja sama semua orang, pandemi ini diharapkan dapat segera berakhir.
Kontributor: Caroline Aretha M.
Referensi:
Hirose, R., Ikegaya, H., Naito, Y., Watanabe, N., Yoshida, T., Bandou, R., Daidoji, T., Itoh, Y., & Nakaya, T. (2020). Survival of SARS-CoV-2 and influenza virus on the human skin: Importance of hand hygiene in COVID-19. Clinical infectious diseases: an official publication of the Infectious Diseases Society of America, ciaa1517. Advance online publication. https://doi.org/10.1093/cid/ciaa1517
Rabie, T., & Curtis, V. (2006). Handwashing and risk of respiratory infections: a quantitative systematic review. Tropical medicine & international health: TM & IH, 11(3), 258–267. https://doi.org/10.1111/j.1365-3156.2006.01568.x
Edmonds-Wilson, S. L., Nurinova, N. I., Zapka, C. A., Fierer, N., & Wilson, M. (2015). Review of human hand microbiome research. Journal of dermatological science, 80(1), 3–12. https://doi.org/10.1016/j.jdermsci.2015.07.006
Erasmus, V., Daha, T. J., Brug, H., Richardus, J. H., Behrendt, M. D., Vos, M. C., & van Beeck, E. F. (2010). Systematic review of studies on compliance with hand hygiene guidelines in hospital care. Infection control and hospital epidemiology, 31(3), 283–294. https://doi.org/10.1086/650451