Tahukah kamu, pada akhir Mei yang lalu, suatu virus varian baru ramai diperbincangkan publik. Bukan varian virus korona, virus tersebut bernama virus Hendra. Varian yang disebut-sebut bisa menular dari hewan ke manusia ini dikatakan memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dibanding COVID-19. Sebenarnya, apa itu virus Hendra?

Pertama kali ditemukan pada 1994

Dilansir dari laman World Health Organization (WHO), virus Hendra atau yang dikenal dengan istilah HeV merupakan penyakit zoonosis, yakni penyakit yang dapat ditularkan ke manusia dari hewan. Meski jarang muncul, infeksi virus Hendra dapat menyebabkan penyakit parah pada kuda dan manusia yang terinfeksi. 

Berdasarkan hasil identifikasi, inang alami atau tempat virus Hendra bersarang adalah salah satu famili kelelawar buah (flying fox). Infeksi virus Hendra tersebut pertama kali teridentifikasi di kota Brisbane, Hendra, Australia pada tahun 1994, yakni pada 21 kuda pacu dan 2 orang manusia. 

Terdeteksi di Indonesia pada tahun 2013

Dilansir dari BBC, di Indonesia, virus Hendra ternyata pernah terdeteksi di Pontianak, Kalimantan Barat dan Manado, Sulawesi Utara, pada tahun 2013. Hal tersebut dibuktikan dari adanya antibodi virus Hendra pada puluhan kelelawar di dua daerah tersebut. 

Selanjutnya, pada Juli 2016, sebanyak 53 insiden penyakit yang melibatkan lebih dari 70 kuda di pantai timur Australia telah dilaporkan. Selain kuda, tujuh orang manusia juga tertular dari kuda yang terinfeksi, terutama melalui kontak dekat saat merawat kuda yang sakit atau mati.

Bahaya virus Hendra

Menurut CDC, meski infeksi virus Hendra sangat jarang ditemukan, risiko kematian pada manusia yang terinfeksi virus ini adalah 4/7 atau 57%. Kepada BBC, peneliti ketahanan keseatan global dari Universitas Griffith, Australia, mengatakan bahwa dengan kemungkinan tersebut, jika muncul strain atau varian baru dari virus Hendra, umat manusia dapat terancam.

Tingkat kematian HeV tersebut tergolong sangat tinggi dibanding infeksi virus korona di Indonesia. Dilansir dari Katadata, Laporan Our World in Data menunjukkan, tingkat kematian COVID-19 di Indonesia mencapai 2,58% per 17 Maret 2022.

Bagaimana virus Hendra dapat menular ke manusia?

Semua kasus penyakit akibat virus Hendra manusia yang dikonfirmasi hingga saat ini disebabkan dari paparan tingkat tinggi terhadap cairan tubuh kuda yang terinfeksi. Hal ini dapat terjadi akibat melakukan otopsi pada kuda tanpa mengenakan peralatan pelindung pribadi yang sesuai, atau disemprot secara ekstensif dengan sekresi pernapasan. Tidak ada bukti penularan HeV dari manusia ke manusia, kelelawar ke manusia, kelelawar ke anjing, atau anjing ke manusia. Di tempat asalnya ditemukan, virus Hendra menginfeksi kuda, dengan masa inkubasi antara 5-16 hari. Pada manusia, lama inkubasi virus Hendra ialah sekitar lima hingga 21 hari setelah kontak dengan kuda yang terinfeksi.

Gejala penderita penyakit akibat virus Hendra

Gejala awal virus Hendra pada manusia bisa berupa penyakit ringan, seperti demam, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala dan kelahan. Namun, gejala dapat berkembang hingga penyakit pernapasan dan penyakit yang menyreang syaraf, seperti meningitis atau ensefalitis (radang otak) yang bisa menyebabkan sakit kepala, demam tinggi, kantuk, dan terkadang kejang-kejang dan koma.

Pengobatan infeksi virus Hendra

Sejauh ini, tidak ada pengobatan khusus untuk kasus penderita penyakit akibat virus Hendra pada manusia. Namun, bagi hewan, sudah terdapat vaksin Hendra yang efektif untuk mengurangi risiko infeksi pada kuda maupun mengurangi kemungkinan penularan virus ke manusia.

Berdasarkan kasus sebelumnya, mereka yang terinfeksi HeV dirawat secara intensif. Saat ini, penggunaan antibodi monoklonal untuk menyembuhkan pasien yang terinfeksi virus Hendra juga sedang diselidiki. Antibodi monoklonal merupakan antibodi buatan (diproduksi di laboratorium) yang dapat mengikuti sistem kekebalan tubuh manusia untuk melawan pathogen berbahaya, misalnya virus, bakteri, dan jamur. Cara pengobatan ini sudah digunakan untuk mengobati beberapa macam penyakit, misalnya kanker.

Tidak boleh donor darah

Tahukah kamu, Jika terkena virus Hendra, kamu tidak boleh mendonorkan darah atau jaringan lain sampai bebas dari infeksi. Beberapa kasus yang dikonfirmasi bahkan melarang donor darah atau ajringan lain meski seseorang sudah sembuh total.

Nah, meski infeksi virus Hendra terbilang sangat langka, tidak ada salahnya untuk mencegah kemungkinan buruk tersebut terjadi. Jika kamu senang berkuda, selalu terapkan praktik kebersihan yang baik saat berada di sekitar kuda. Jangan mencium moncong kuda, terutama kuda yang sakit. Kamu juga perlu menututupi luka atau lecet pada kulit yang terbuka sebelum memegang kuda. Jangan lupa untuk sering-sering mencuci tangan ya, terutama setelah memegang mulut dan hidung kuda!

***

Kontributor: Caroline Aretha M. (CAM)

Referensi:

BBC (2022). Virus Hendra lebih mematikan daripada Covid-19, apa gejalanya dan bisakah menjalar ke Indonesia? Diakses melalui https://www.bbc.com/indonesia/majalah-61657085 pada 22 Juni 2022.NSW Health (2020). Hendra virus fact sheet. Diakses melalui https://www.health.nsw.gov.au/Infectious/factsheets/Pages/hendra_virus.aspx#:~:text=Hendra%20virus%20symptoms%20in%20people&text=Fever%2C%20cough%2C%20sore%20throat%2C,virus%20infection%20can%20be%20fatal. pada 22 Juni 2022.

Virus Hendra: Menular dari Kuda, Lebih Mematikan Dibanding Virus Korona?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *