Katanya, varian virus korona akan dinamai seperti nama-nama zodiak. Benarkah? Kira-kira, apa pertimbangannya, ya?
Penggunaan alfabet Yunani
Dalam wawancaranya dengan Telegraph, Dr. Maria Van Kerkhove, kepala teknis WHO untuk COVID-19 menyampaikan bahwa WHO tengah mencari nama-nama baru untuk mutase virus korona. Saat ini, varian virus korona menggunakan alfabet Yunani, seperti varian Delta, Beta, Epsilon, serta Mu yang menjadi varian terbaru virus korona yang baru masuk ke daftar variant of interest pada 30 Agustus 2021 lalu.
Penggunaan alfabet Yunani diperkenalkan pada bulan Mei untuk mempermudah penggunaan nama-nama varian virus korona di masyarakat, baik untuk variant of concern maupun variant of interest. Sejauh ini, terdapat empat variant of concern dan empat variant of interest. Sayangnya, abjad Yunani hanya terdiri dari 24 huruf. Mengingat banyaknya mutasi virus korona yang memunculkan berbagai varian baru, WHO khawatir bahwa varian yang muncul ke depannya akan melebihi 24 huruf alfabet Yunani.
Usulan nama-nama baru untuk varian virus korona
Sebelum menggunakan alfabet Yunani, varian virus korona awalnya dinamai menurut negara asalnya, misalnya, varian Aplha yang awalnya dikenal sebagai ‘varian Inggris’ dan varian Delta yang awalnya dikenal sebagai ‘varian India’. Namun, penamaan ini dibatalkan karena dikhawatirkan dapat memicu timbulnya diskriminasi serta rasisme terhadap negara-negara yang terkena dampak.
Dr. Maria Van Kerkhove menyampaikan, untuk penamaan varian virus korona selanjutnya, WHO merencanakan penggunaan nama konstelasi bintang atau zodiak. Nama dewa-dewi Yunani sebelumnya juga sempat dipertimbangkan, lo! Pemilihan nama memang tampaknya sepele, tapi sebenarnya dipertimbangkan agar tidak menimbulkan stigma negative, menyinggung pihak manapun, bersifat netral, serta mudah digunakan oleh kalangan masyarakat umum.
***
Kontributor: CAM