Sejatinya, kampanye global Cuci Tangan dicanangkan oleh PBB sejak tahun 2008. Di Indonesia, kampanye ini dikenal dengan nama program Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), yang merupakan indikator penting Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). CTPS dianggap sebagai upaya pencegahan yang murah tapi efektif untuk melindungi diri dari penyakit menular, yang awalnya didorong karena tingginya angka kematian akibat diare pada anak balita. Menurut WHO (2019), sekitar 297.000 anak di dunia – lebih dari 800 balita setiap harinya – setiap tahunnya meninggal akibat penyakit diare karena sanitasi dan hygiene yang buruk serta konsumsi air minum yang tidak aman. Di Indonesia, CTPS terbukti mampu mengurangi hingga 47 % kematian anak balita karena diare (Kemenkes, 2009). Selain itu, beberapa penelitian di dunia membuktikan, intervensi CTPS mampu mencegah dan mereduksi penyebaran penyakit menular lainnya seperti Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), flu burung, influenza juga kolera dan cacingan.
Dalam PHBS, rekomendasi secara umum untuk waktu cuci tangan adalah sebelum menyiapkan makanan serta sebelum dan sesudah makan; sesudah Buang Air Besar (BAB) dan BAK atau sesudah menggunakan toilet, setelah membuang sampah atau memegang benda kotor dan bau seperti mengganti popok bayi, setelah menyentuh hewan, ketika hendak mengobati luka terbuka dan setelah mengobati luka serta setelah batuk, bersin dan membersihkan hidung. Selama Pandemi Covid 19, waktu CTPS ini juga dianjurkan setelah membuang ingus, berkunjung dari tempat umum, seperti kendaraan umum, pasar dan tempat badah, setelah menyentuh barang di luar rumah, termasuk uang serta sebelum, saat dan sesudah merawat orang sakit.
Pengaruh mencuci tangan dengan sabun dalam pencegahan penyakit sebenarnya sudah disadari sejak pertengahan abad 19, saat fisikawan Ignaz Semmelweis menemukan bagaimana infeksi mikroba terjadi dan bagaimana CTPS dapat secara dramatis mengurangi penyebaran penyakit yang mematikan.2 Namun hingga kini, masyarakat dunia masih harus terus disadarkan bagaimana mencuci tangan dengan sabun dengan cara yang benar. Cara yang benar??? Ya, agar memberikan pengaruh signifikan dalam mereduksi jumlah mikroba, parasit, virus dan kotoran di tangan kita, maka cuci tangan harus dilakukan dengan langkah standar yang telah direkomendasikan WHO dan Kemenkes RI. Apa saja langkah yang sering terlupakan????
Yang pertama, pemakaian sabun. Apakah dengan air saja tidak cukup? Mencuci tangan dengan air, memang dapat membantu membersihkan tangan, dan lebih baik daripada tidak mencuci tangan sama sekali, namun masih jauh efektif mencuci tangan dengan menggunakan sabun. Sebuah penelitian di Bangladesh meneliti keefektifan mencuci tangan dengan sabun dan air dibandingkan dengan mencuci tangan hanya dengan air3. Penelitian tersebut menemukan bahwa walaupun penggunaan air saja dapat membantu mengurangi risiko diare, penggunaan sabun jauh lebih efektif. Kenapa sabun lebih efektif ? Karena struktur hibrida sabun. Sabun terbuat dari molekul berbentuk pin yang masing masing memiliki kepala hidrofilik (mudah terikat dengan air) dan ekor hidrofobik (yang mudah berikatan dengan minyak dan lemak). Molekul molekul ini bila tersuspensi dalam air, berinteraksi dengan molekul lain dalam larutan dan membentuk gelembung gelembung kecil disebut misel. Beberapa bakteri dan virus memiliki membrane lipid yang menyerupai misel berlapis ganda. Pada virus, ikatan terlemah adalah lipida (lemak) bilayer. Bagian ekor sabun akan menempel pada lapisan lemak selubung virus, sedangkan bagian kepala sabun akan mengikuti air. Saat kita mencuci tangan, sabun akan merobek selubung virus lalu menyelubungi lemak membentuk misel. Struktur virus kemudian hancur dan mudah tersapu oleh air yang mengalir.
Yang kedua, mencuci tangan minimal selama 20 detik. WHO merekomendasikan pencucian tangan selama 40-60 detik tetapi ini sebenarnya sudah mencakup seluruh proses cuci tangan dari mulai membasahi tangan dan menggunakan sabun sampai tangan benar benar kering. Sedangkan beberapa institusi seperti UNICEF dan CDC menganjurkan minimal selama 20 detik karena hanya berfokus pada proses menggosok tangan dengan sabun4. Jadi waktu kontak minimal ini diperlukan untuk memastikan seluruh bagian tangan terkena sabun dan memberikan waktu pada mokelul sabun mengikat bagian lemak virus dan merusak strukturnya. Untuk memastikannya, jangan lupa mengendalikan air yang digunakan untuk mencuci tangan. Langkah pertama CTPS adalah membasahi tangan seperlunya saja, kemudian mematikan sumber air mengalir – ini bukan saja untuk menghemat air, tapi juga untuk memastikan kita menggosok tangan dengan sabun, alih alih langsung mencucinya dengan air secara tidak sengaja dan akibatnya mengurangi waktu kontak sabun dengan virus/kuman. Bila anda sudah menggosok seluruh bagian tangan, mulai dari punggung tangan, telapak tangan, ujung jari dan kuku serta jempol, minimal 20 detik, baru anda hidupkan kembali air dan membilas tangan anda sampai bersih.
Yang ketiga, mengeringkan tangan sampai benar benar kering. Di berbagai pusat perbelanjaan, pasar atau tempat tempat umum yang kita kunjungi, fasilitas cuci tangan tersedia namun seringkali tidak dilengkapi dengan fasilitas pengeringan tangan. Padahal langkah pengeringan ini termasuk langkah vital untuk mengoptimalkan penghilangan mikroba/virus dari tangan kita5.Pengeringan tangan yang tidak benar akan membuka peluang potensi tangan yang basah terkena kontaminasi dan memudahkan transmisi mikroba/virus dari lingkungan atau permukaan benda lain yang kita pegang. Himbauan instusi seperti WHO, CDC dan UNICEF adalah digunakannya handuk/lap atau kertas tisu sekali pakai untuk mengeringkan tangan yang dicuci pakai sabun. Pengeringan tangan dengan mesin pengering tangan lebih baik daripada tangan tidak dikeringkan, namun hasil penelitian mengenai keefektifan mesin pengering tangan masih menunjukkan hasil yang saling berlawanan. Karena itu untuk menjamin optimalnya CTPS yang kita lakukan, penggunaan handuk/kertas tisu sekali pakai menjadi rekomendasi utama. Penggunaan kertas tisu gulung juga tidak dianjurkan, karena kegiatan merobek ujung kertas di bagian akhir akan menjadi sumber transmisi mikroba/virus untuk pencuci tangan selanjutnya.
2.https://www.unwater.org/water-facts/handhygiene/
3.https://journals.plos.org/plosmedicine/article/file?id=10.1371/journal.pmed.1001052&type=printable
4. https://globalhandwashing.org/about-handwashing/faqs/
5. https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/1757177418815549?journalCode=bjib