Tahukah kamu, sebenarnya, pada pertengahan tahun 2020 lalu, berbagai rumah sakit di Indonesia terpaksa menutup layanan kesehatannya akibat banyaknya tenaga kesehatan (nakes) yang dinyatakan positif COVID-19. Banyak rumah sakit yang harus membatasi layanan karena petugasnya diistirahatkan, entah dirawat atau dikurangi jadwalnya karena beban rumah sakit yang meningkat. Dari ribuan tenaga kesehatan yang terinfeksi virus korona, hingga 7 Januari, sebanyak 552 orang tenaga kesehatantelah gugur akibat COVID-19, mulai dari dokter, perawat, bidan, dan dokter gigi.
Isu terkait tingkat keterisian tempat tidur untuk pasien positif COVID-19 pun menjadi pembahasan. Pada bulan Agustus lalu, Firdza Radiany menyampaikan data terkait hal tersebut melalui platform edukasi yang ia inisiasi, pandemictalks. Melalui BBC Indonesia, beliau mengungkapkan, apabila tidak ada upaya untuk menekan kasus aktif sampai dibawah 10% dan tetap konsisten di kisaran 30%-40%, dalam waktu tiga hingga enam bulan, ketersediaan tempat tidur dan ruang untuk pasien COVID-19 akan penuh. Sekarang, enam bulan telah berlalu. Bagaimana kondisi fasilitas kesehatan kita saat ini?
Tingkat keterisian tempat tidur isolasi dan ruang ICU di Indonesia
Indonesia dalam keadaan darurat. Menurut Wiku Adisasmito, Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, keterisian tempat tidur isolasi dan ruang intensive care unit (ICU) kian meningkat dan mengkhawatirkan. Dikutip dari Katadata, per 2 Januari 2021, tingkat keterisian tertinggi diraih oleh Provinsi DKI Jakarta dengan angka 84,74%, Banten 84,52%, Yogyakarta 83,36%, dan Jawa Barat 79,77%. Sementara itu, persentase keterisian tempat tidur isolasi dan ruang ICU di Provinsi Jawa Timur ialah 78,41%, Jawa Tengah 76,27%, Sulawesi Selatan 72,40%, Sulawesi Barat 79,31%, dan Sulawesi Tengah 70,59%. Hal tersebut disampaikan beliau pada Selasa (5/1) lalu.
Melalui CNN Indonesia, relawan Lapor COVID-19, Tri Maharani, juga melaporkan bahwa keterisian tempat tidur yang dikenal dengan istilah bed occupancy rate (BOR) di ruang ICU bahkan telah terisi 100% di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Sementara itu, Unit Gawat Darurat di Jabodetabek sendiri telah terisi 80%. Hal ini disebabkan tingginya pasien dengan penyakit bawaan yang membutuhkan perawatan dan peralatan khusus.
Lonjakan kasus dan kondisi rumah sakit di Jawa Barat
Pada Rabu (6/1), lonjakan kasus COVID-19 di Jawa Barat mencapai 1.100 kasus. Di sisi lain, jumlah pasien yang sembuh dari penyakit akibat virus korona ini telah mencapai 1.000 orang. Namun, jumlah pasien yang sembuh tidak seimbang dengan jumlah pasien baru. Di Karawang, misalnya. Jumlah keterisian rumah sakit telah melebihi batas maksimum, yakni mencapai 110%!
Di sisi lain, masih dari laporan yang diteima oleh Lapor COVID-19, setelah ditolak oleh 10 rumah sakit di daerah Depok, Jawa Barat karena tak sanggup menampung, seorang warga pun meninggal di taksi online pada Minggu (3/1). Selain itu, sejak bulan November lalu, Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung bahkan telah mengantisipasi ditutupnya layanan umum agar rumah sakit fokus total menangani pasien COVID-19 apabila dibutuhkan. Mengantisipasi hal tersebut, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, menyampaikan bahwa ruang perawatan alternatif bagi pasien COVID-19 tengah disiapkan.
Yuk, lebih peduli dan bertanggung jawab!
Pemerintah telah mengambil tindakan untuk mengadakan PSBB kembali (link ke artikel Addina), kali ini di wilayah Jawa-Bali. Lalu, bagaimana kita sebagai masyarakat bisa menyikapi hal ini?
Caranya sebenarnya sangat sederhana. Jangan pergi keluar rumah apabila tidak ada keperluan mendesak. Tunda dulu acara liburanmu, staycation, ngopi cantik, atau kegiatan yang dilakukan bersama-sama. Apabila kamu tetap harus keluar, entah untuk melakukan penelitian, mengambil data di kampus, atau menghadiri acara resmi yang mengharuskan kehadiran secara langsung, jangan lupa untuk memakai masker dengan baik setiap saat, menjaga jarak dengan orang lain minimal 1,5 meter, dan mencuci tangan dengan sabun sesering mungkin. Hindari juga menyentuh area wajahmu atau berbicara saat makan.
Kontributor: Caroline Aretha M.
Sumber: LaporCOVID-19, Kompas.com, BBC Indonesia, CNN Indonesia, Katadata.id