Munculnya beragam mutasi virus korona, terutama varian Delta, memunculkan perbincangan tentang dosis ketiga vaksin COVID-19 di masyarakat yang dapat mempertahankan perlindungan tubuh dari ancaman penyakit. Mengapa pemberian vaccine booster ini menuai pro-kontra? Yuk, cari tahu tentang vaccine booster lebih jauh!
Apa itu vaccine booster?
Dikutip dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), dosis booster merupakan dosis vaksin yang diberikan pada seseorang yang memiliki perlindungan yang cukup setelah vaksinasi, tetapi kemudian menurun setelah jangka waktu tertentu. Dosis booster ini juga diberikan pada beberapa vaksinasi lainnya, seperti cacar air, tetanus, dan campak.
Dosis booster berbeda dengan dosis tambahan atau additional dose. Dosis tambahan diberikan pada orang-orang yang mengalami gangguan kekebalan sedang hingga berat dan tidak membangun perlindungan yang cukup ketika pertama kali mendapatkan vaksinasi. Hal ini dapat terjadi pada beberapa orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah dan pada vaksin COVID-19. CDC juga merekomendasikan orang dengan gangguan kekebalan sedang hingga parah untuk menerima dosis tambahan (ketiga) dari vaksin mRNA COVID-19.
Apakah kita boleh menerima dosis booster dari jenis vaksin yang berbeda?
Penggunaan jenis vaksin yang berbeda untuk vaksin berbasis mRNA, seperti Pfizer dan Moderna telah dilakukan di Eropa, khususnya ketika ada kekurangan stok. Penelitian yang lain mengungkapkan bahwa vaksin berbasis mRNA tersebut dapat dicampur dengan vaksin berbasis adenovirus, seperti AstraZeneca, untuk mendapatkan dengan hasil yang sebanding. Namun, penggunaan jenis vaksin campuran ini masih diteliti lebih jauh.
Mengapa pemberian dosis ketiga ini menjadi pro-kontra?
Berdasarkan penelitian, dosis ketiga vaksin Pfizer memang dapat meningkatkan perlindungan dari keparahan untuk orang-orang berusian 60 tahun ke atas. Namun, menurut WHO, jika kita melihat secara global, pemberian dosis ketiga ini akan memperburuk ketidaksetaraan karena meningkatnya permintaan vaksin yang kian melangka
Di seluruh dunia, terdapat negara-negara yang tingkat vaksinasinya sangat rendah atau bahkan belum menerima vaksinasi. Di Indonesia sendiri, jumlah penduduk yang sudah mendapat vaksin dosis pertama dan kedua pun memiliki perbedaan lebih dari 10% dari target. Dikutip dari BBC, persentase penerima vaksin COVID-19 di negara Mesir dan Vietnam baru sekitar 2%. Di sisi lain, varian virus korona yang tergolong variant of concern, seperti varian Delta, dapat muncul ketika cakupan vaksin rendah dan tingkat penularan di komunitas tinggi. Mempertimbangkan hal ini, pasokan vaksin yang tersedia diharapkan diutamakan bagi mereka yang belum mendapatkan vaksinasi secara lengkap.
Selain itu, saat ini, bukti peningkatan efektivitas penggunaan vaccine booster masih terbatas dan kurang meyakinkan. WHO masih memantau situasi secara hati-hati untuk bisa merekomendasikan penggunaan vaksinasi dosis ketiga.
Berbagai negara sudah meluncurkan booster, seperti Israel, Amerika Serikat, dan Dubai. Bagaimana dengan kebijakan di Indonesia?
Pada akhir Juli lalu, Kementerian Kesehatan merilis Surat Edaran (SE) Nomor HK.02.01/I/1919/2021 yang memuat ketentuan penggunaan vaksin dosis ketiga. SE tersebut menyatakan bahwa vaksinasi dosis ketiga diberikan kepada SDM Kesehatan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan yang telah mendapatkan dua dosis vaksinasi COVID-19 lengkap. Selain itu, pemberian dosis ketiga ini dapat menggunakan jenis vaksin yang sama (Sinovac) ataupun berbeda (Moderna) dengan jarak pemberian antara dosis kedua selama tiga bulan.
Yup, Pemerintah Indonesia telah menerima hibah vaksin Moderna sebanyak 8 juta dosis. Vaksin Moderna ini direncanakan digunakan hanya sebagai booster bagi tenaga kesehatan dan masyarakat yang belum menerima vaksin. Untuk masyarakat sendiri, Menteri Kesehatan Budi Sadikin menyampaikan bahwa booster direncanakan akan dimulai pada Januari 2022 ketika penerima vaksin telah mencapai target 206,8 juta penduduk.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk melindungi tubuh dari ancaman virus korona yang semakin menjadi-jadi?
Jangan sekadar mengandalkan vaksin untuk melindungi diri dari virus korona, kamu perlu juga mengandalkan dirimu sendiri. Caranya mudah, kok! Cukup dengan menerapkan protokol kesehatan 6M, yakni mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 20 detik, memakai masker, menjaga jarak minimal 2 meter, mengurangi mobilitas, menghindari kerumunan, dan menghindari makan bersama!
***
Kontributor: Caroline Aretha M. (CAM)