
Akhir tahun 2020 tampaknya menjadi momen kabar terbaru terkait pandemi COVID-19 datang silih berganti. Mulai dari pecahnya rekor kasus terkonfirmasi harian tertinggi di Indonesia di awal bulan Desember 2020, dimulainya impor vaksin COVID-19 di berbagai belahan dunia secara resmi, munculnya gejala baru infeksi virus korona, yaitu delirium, dan lain-lain. Salah satu kabar yang menghebohkan publik di penghujung tahun 2020 ialah munculnya varian virus korona baru di Inggris.
Varian baru virus korona juga ditemukan di Afrika Selatan dan mulai dilaporkan di berbagai negara
Varian baru virus korona yang disebut dengan VOC 202012/01(Variant of Concern atau varian pertama yang menjadi perhatian pada bulan Desember 2020) ini pertama kali ditemukan di London dan di Inggris bagian tenggara. Varian ini juga dikenal sebagai B.1.1.7. Dikutip dari National Geographic, varian baru virus korona telah menyumbang 60% dari kasus COVID-19 di daerah tersebut.
Dikutip dari Centers for Disease Control and Prevention, pada 18 Desember 2020, pemerintah Afrika Selatan juga mengumumkan bahwa terdapat kemunculan virus korona varian baru yang mirip dengan yang terjadi di Inggris, yakni varian yang mengandung mutasi N501Y. Namun, kasus di Afrika Selatan dan di Inggris muncul dengan sendirinya alias tidak berkaitan, loh! Dalam waktu singkat (hingga saat artikel ini ditulis: 26 Desember 2020), belasan negara telah melaporkan temuan varian baru SARS-CoV-2 kian bertambah, seperti Prancis, Jepang, bahkan Malaysia dan Singapura yang bertetangga dengan Indonesia.
Mutasi virus korona sebenarnya sudah pernah terjadi beberapa kali
Tahukah kamu, virus korona yang tersebar di berbagai belahan dunia sebenarnya tidak sama dengan virus yang pertama kali terdeteksi di Wuhan, Cina. Virus pertama tersebut sebelumnya telah bermutasi dan muncul di Eropa. Virus korona yang mengandung mutasi D614G inilah yang menyebar secara global. Selain itu, ada juga mutasi A222V yang tersebar di seluruh Eropa.
Apa yang berbeda dari mutasi N501Y?
Dari 23 mutasi dalam varian Inggris, 17 mutasi memiliki potensi penting yang mengubah bentuk protein lonjakan (spike protein) pada virus. Protein lonjakan adalah kunci yang digunakan virus untuk membuka pintu masuk ke sel tubuh kita. Dikutip dari BBC, mutasi N501Y mengubah bagian terpenting dari protein lonjakan tersebut, yang dikenal dengan nama domain pengikat reseptor (receptor binding domain/RBD). Selain mempermudah virus masuk ke tubuh, perubahan ini kemungkinan akan memberi keunggulan pada virus.
VOC 202012/01 juga mengalami mutasi penghapusan H69/V70. Mutasi ini menghilangkan sebagian kecil protein pada virus dan mengakibatkan peningkatan infektivitas hingga dua kali lipat saat diuji di laboratorium. Hasil penelitian di University of Cambridge juga menunjukkan bahwa penghapusan tersebut membuat antibodi dalam darah para penyintas COVID-19 menjadi kurang efektif dalam menyerang virus.
Apa yang kita ketahui saat ini tentang bahaya virus korona varian baru
Sebagai studi awal, menurut Nick Davies, epidemiologis dari kelompok peneliti SPI-M di Inggris yang membuat pemodelan matematika untuk memprediksi persebaran penyakit, varian baru virus korona memiliki kemungkinan penularan hingga 50% lebih tinggi disbanding SARS-CoV-2 sebelumnya. Namun, hasil penelitian tersebut masih dipengaruhi faktor lain yang berkaitan dengan persebaran virus di Inggris. Selain itu, hingga artikel ini ditulis (26 Desember 2020), ECDC dan para ilmuwan di Inggris tidak melihat bukti bahwa infeksi oleh varian baru ini menyebabkan penyakit yang lebih parah.
Informasi terkait varian baru virus korona ini masih sangat awal. Artinya, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mempelajari varian tersebut, misalnya
- seberapa luas persebaran di Inggris dan potensinya di seluruh dunia,
- perbedaan varian baru dengan varian lainnya,
- perbedaan penyakit yang disebabkan oleh varian ini dibanding varian lain yang telah beredar saat ini,
- kemungkinan tidak terdeteksi oleh tes diagnostik tertentu, dan
- ● kemampuan kekebalan varian terhadap vaksin.
Yang terpenting, jangan lupa untuk memakai masker, rajin mencuci tangan dengan sabun, serta menjaga jarak dan menghindari kerumunan, ya!
Kontributor: Caroline Aretha M.
Referensi:
BBC. (2020). New coronavirus variant: What do we know? Diakses melalui https://www.bbc.com/news/health-55388846 pada 26 Desember 2020.
CDC. (2020). Implications of the Emerging SARS-CoV-2 Variant VOC 202012/01. Diakses melalui https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/more/scientific-brief-emerging-variant.html pada 26 Desember 2020
CDC. (2020). New Variant of Virus that Causes COVID-19 Detected. Diakses melalui https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/transmission/variant.html pada 26 Desember 2020
National Geographic. (2020). Why new coronavirus variants ‘suddenly arose’ in the U.K. and South Africa Diakses melalui https://www.nationalgeographic.com/science/2020/12/why-new-coronavirus-variants-suddenly-arose-in-uk-and-south-africa/pada 26 Desember 2020.
National Public Radio. (2020). How Worried Should We Be About the New U.K. Coronavirus Variant? Diakses melalui https://www.npr.org/sections/goatsandsoda/2020/12/24/950144667/how-worried-should-we-be-about-the-new-u-k-coronavirus-variant pada 26 Desember 2020.