
Gejala tertular/terinfeksi COVID-19 berupa demam, batuk kering dan rasa lelah telah umum diketahui. Pemantauan suhu tubuh, merupakan tindakan pencegahan penularan terutama di tempat-tempat umum. Hal ini sekaligus merupakan edukasi pencegahan kepada masyarakat agar dapat waspada dengan gejala infeksi COVID-19.
Namun ada orang yang tertular namun tidak mengalami demam, batuk, pilek dan gejala lainnya. Orang tersebut telah terinfeksi, maka terkategori sebagai Orang Tanpa Gejala (OTG). OTG (asymptomatic carrier) adalah orang yang membawa virus di tubuhnya (carrier), namun tidak menunjukan gejala terinfeksi. Umumnya OTG terjadi pada yang berusia muda. Kondisi kesehatan dan sistem imunitas yang baik, dapat menanggulangi virus sehingga tidak merasa sakit, atau mengalami gejala sangat ringan sehingga terabaikan.
Karena tidak demam, pengukuran suhu tubuh tidak dapat mendeteksi OTG sebagai sumber penularan. Hanya test darah, swab test dan PCR yang dapat membuktikan. Menurut Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Indonesia, 80% orang yang terdeteksi positif COVID-19 adalah OTG. Prof. Petri dari University of Virginia menyatakan virus yang ditransmisikan melalui OTG adalah penyebab utama berlangsungnya pandemi.
Merasa sehat, setelah PSBB berlalu OTG dapat beraktivitas seperti biasa. Sementara virus masih hidup di saluran pernafasannya. Batuk dan bersin bisa terjadi karena debu atau perubahan suhu lingkungan. Bahkan berbicara berpotensi menyebarkan droplets ke lingkungan sekitarnya, terutama bila tidak menggunakan masker. OTG itu bisa aku dan kamu. Tanpa sadar menulari orang – orang di sekitar kita. OTG bisa berinteraksi dengan aku atau kamu, dan lalu menulari kamu dan aku.
Dalam masa kenormalan baru dan kita melakukan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) kita akan mulai beraktivitas di luar rumah. Masker meminimalkan penyebaran droplets, namun tak sepenuhnya, droplets dapat bertahan di udara hingga beberapa waktu dan virus dapat menempel pada permukaan pakaian dan barang bawaan orang di sekitar kita. Menggunakan masker dan menjaga jarak adalah cara terbaik mencegah transmisi oleh OTG. Tentu saja, juga menghindari kerumunan.
Kontributor : Dr. Driejana
Direview : Dr.dr. Irvan Afriandi
Graphic : Dr. Intan Mutiaz