Kata COVID-19 sudah sama sekali tidak asing lagi bagi kita. Setelah beradaptasi dan hidup berdampingan di tengah situasi pandemi COVID-19 selama hampir 2 tahun ke belakang, menerapkan pola hidup sehat sudah rutin kita laksanakan sehari-hari. Penerapan protokol 5M, yakni mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas pun sudah kita terapkan. Selain menerapkan lima langkah ini, sekelompok ahli telah menemukan cara lain untuk menginaktivasi virus yang tengah beredar.
Apakah kamu pernah mendengar istilah gargling dalam mengurangi transmisibilitas virus? Apa itu gargling dan bagaimana cara melakukan gargling yang tepat agar dapat bekerja secara efektif?
Perbedaan berkumur vs ber-gargle
Apabila berkumur didefinisikan sebagai mengocok cairan di dalam mulut, gargling adalah kegiatan mengocok cairan di pangkal tenggorokan dengan menengadahkan kepala ke belakang 45°. Gargling dilakukan dengan membuka mulut sembari mengeluarkan nafas hingga terbentuk gelembung yang biasanya disertai suara.
Manfaat gargling
Praktik gargling ini ternyata dapat mengatasi permasalahan mulut seperti bau mulut, menyegarkan napas, meringankan sakit gigi, mencegah kerusakan gigi, mengurangi plak, dan banyak manfaat lainnya. Dilansir dari Alodokter, gargling ini ternyata dapat dilakukan dengan beragam jenis cairan mulai dari air putih biasa, air garam serta obat kumur khusus.
Ternyata, gargling tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan mulut, namun juga dapat meredam transmisibilitas COVID-19. Sebuah penelitian yang diterbitkan pada awal tahun 2021 dalam Japanese Dental Science Review menyebutkan bahwa melakukan gargling dengan 0.5% povidone iodine (PVP-I)/obat kumur selama 30 detik mampu menurunkan kemampuan infeksi virus hingga mencapai angka yang tidak terdeteksi.
Studi literature review ini dilakukan dengan menelusuri berbagai penelitian terdahulu yang bersumber dari berbagai situs. Penemuan menunjukkan bahwa providone-iodine (PVP-I), atau iodin dengan polimer yang larut dalam air (polyvinylpyrrolidone) terbukti efektif terhadap COVID-19. Pemberian larutan PVP-I baik secara oral dan nasal dapat menurunkan potensi pembentukan aerosol sebelum melekat pada berbagai permukaan.
Mekanisme inaktivasi COVID-19 melalui gargling
Sebagaimana yang kita ketahui, saluran oral, nasal serta pernapasan saling terkoneksi. Sehingga, sangat penting bagi kita untuk menjaga kebersihan saluran ini melalui berkumur serta gargling. Studi menunjukkan bahwa rongga di dalam mulut kita dapat menjadi tempat bersarangnya partikel virus pada orang yang terinfeksi. Pasien yang mengalami gejala berat dapat membawa partikel virus di dalam air liur. Partikel ini kemudian dapat ditransmisikan sewaktu kita bernapas, berbicara, batuk serta bersin. Meskipun partikel berukuran > 60 µm akan mengendap dengan sendirinya (membatasi transmisi kepada orang yang berinteraksi dalam jarak sangat dekat), droplet berukuran lebih kecil dengan ≤ 60 µm akan menguap dan membentuk droplet < 10 µm berbentuk aerosol yang mampu ditransmisikan jarak jauh.
Secara sederhana, PVP-I akan melepaskan I2 dari senyawa PVP-I. Di dalam larutan aqueous, I2 dan HOI merupakan senyawa aktif yang memiliki kemampuan anti-microbial. I2 akan mendestabilisasi selubung membran yang berujung kepada destruksi virus.
Praktik gargling dengan PVP-I telah direkomendasikan oleh Respiratory Society, Jepang untuk pencegahan serta penanganan penyakit infeksi saluran pernapasan. Berkumur dan gargling dengan larutan PVP-I selama lebih dari 2 menit hingga 4 kali sehari dianjurkan untuk mengurangi kejadian transmisi melalui udara seperti flu burung, SARS serta flu babi.
Selain itu, PVP-I dapat ditoleransi bila dibandingkan dengan jenis larutan antiseptik lainnya. Povidone-iodine dapat diaplikasikan dengan aman hingga 5 bulan di dalam rongga hidung, dan 6 bulan di dalam rongga mulut. Kamu juga tidak perlu khawatir akan perubahan warna gigi seusai penggunaan PVP-I ini. PVP-I tidak dianjurkan untuk digunakan oleh pasien yang menderita gejala hyperthyroidism, thyroid dysfunction states, ibu hamil, serta ibu menyusui. Apakah kamu tertarik untuk menerapkan gargling?
Kontributor: Addina Shafiyya Ediansjah