Situasi yang tidak menentu seperti pandemic COVID-19 tentunya dapat membuat kita merasa kelelahan secara mental. Berbagai studi yang dilakukan pada golongan ibu dengan anak yang melaksanakan pembelajaran dari rumah, mahasiswa serta dosen memberikan hasil yang serupa – kelelahan mental yang disebabkan oleh berbagai faktor. Lantas bagaimana cara kita dapat menjaga kesehatan mental di tengah pandemi ini?
Dilansir dari pemaparan Frederick Dermawan Purba, Ph.D. pada acara “COVID-19: Serba-Serbi Vaksinasi dan Kiat Mengelola Diri di Masa Pandemi” silam, ditemukan bahwa ibu yang memiliki anak SFH (school from home), menderita stress dalam kadar yang cukup, yakni 0,83 dari skala 3 yang lalu diikuti dengan cemas (0,4) dan depresi (0,4). Implikasi dari tingkat stress yang cukup ini adalah ibu menjadi kurang sabar, mudah tersinggung serta sulit untuk rileks.
Hal serupa juga ditemukan pada kalangan akademisi yang terdiri dari mahasiswa (jenjang pendidikan S1 hingga S3) serta dosen. Studi ini meneliti empat parameter yakni kehilangan energi, somatic (keluhan fisik), perasaan depresif serta pikiran depresif. Ditemukan bahwa lebih dari 80% responden mahasiswa mudah merasa lelah, serta sekitar 60% responden merasakan sakit kepala yang cukup sering serta kehilangan minta untuk melakukan berbagai macam hal. Tresn serupa ditemukan pada dosen dimana hampir 90% mudah merasa lelah dan hampir 70% merasa cemas, tegang atau khawatir di tengah situasi ini. Lantas timbul pertanyaan, apa itu stres?
Stres didefinisikan sebagai tidak samanya atau adanya kesenjangan antara tuntutan (dari dalam atau luar diri) dengan kemampuan. Karena hal ini termasuk ranah psikologis, kondisi manusia satu dengan yang lainnya tentu saja berbeda, menimbulkan subjektivitas.
Tentu saja masalah ini memiliki solusi yang dapat membantu kita. Mengkonsumsi makanan bergizi, olahraga secara rutin, tidur dan cukup serta berani memeriksakan diri kepada dokter merupakan beberapa langkah sederhana yang dapat kita terapkan untuk memelihara kondisi mental.
Seringkali, berbagai pekerjaan justru datang silih berganti di masa work from home. Hal yang dapat kita lakukan untuk mengatasi kelelahan akibat bekerja ini adalah dengan cara mengidentifikasi tuntutan kita sebagai pekerja dalam 1 minggu ke depan. Menulis kegiatan dan memecahnya menjadi bagian kecil akan membuat tugas terasa lebih mudah. Tidak jarang kita mengantisipasi sesuatu di pikiran kita (subjektif), meskipun hal tersebut akan terasa lebih mudah ketika dituliskan (objektif). Kita perlu membedakan mana hal yang penting serta genting. Penting didefinisikan sebagai segala hal yang valuable bagi kita dan pekerjaan kita sedangkan genting didefinisikan sebagai sesuatu yang tidak dapat ditunda.
Cara mengatasi stres selama pandemi kemudian dapat dirangkum menjadi poin berikut, sebagaimana disampaikan oleh Frederick Dermawan Purba, Ph.D.:
Acceptance : menerima kenyataan atas kondisi yang terjadi dan belajar menyesuaikan dengan kondisi yang dialami
Religion : menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi stress
Self-distraction : mengalihkan perhatian melalui aktivitas lain yang bersifat rekreasi
Positive-reframing : mencari hikmah positif dari kondisi yang dialami dan mencoba sudut pandang baru yang lebih positif dalam melihat kenyataan
Apabila kamu mengalami stress, kamu tidak perlu khawatir karena kamu tidak sendiri dalam hal ini. Jangan ragu untuk mencari bentuk dukungan sosial entah bantuan nyata, informasi maupun emosional. Kita pasti dapat menghadapi pandemi ini bersama!
Kontributor: Addina Shafiyya Ediansjah