Di tengah jumlah kasus COVID-19 yang kembali mengalami peningkatan, era new normal meuntut agar semua orang mematuhi protokol kesehatan 3M (menggunakan masker, mencuci tangan, serta menjaga jarak) dalam melakukan segala aktivitas. Dengan anjuran pemerintah untuk sebisa mungkin beraktivitas dari rumah, tentu saja ada momen dimana keluar rumah menjadi satu-satunya pilihan. Terlepas aktivitasnya, apakah kita perlu mandi walaupun hanya meninggalkan rumah sebentar saja?
Berdasarkan penemuan terbaru dari para ahli dan peneliti, kita berpotensi untuk terpapar oleh virus COVID-19 ketika berada dalam jarak kurang dari 6 ft dengan orang lain. Dilansir dari CNN, dr. Fitria Agustina, seorang ahli dermatologi mengatakan bahwa mandi setelah beraktivitas tetap menjadi sebuah keharusan. Durasi sebentar atau lama tidak menjamin pajanan, dan saat sudah keluar rumah seseorang wajib membersihkan diri dengan cara mandi dan bukan sebatas mencuci muka. Tidak ada ketentuan terkait suhu air yang digunakan, namun direkomendasikan untuk menggunakan air bersuhu 37 hingga 38 derajat Celcius. Pastikan untuk segera mandi setelah beraktivitas dan hindari menyentuh barang atau orang lain. Berikut merupakan informasi protokol kesehatan sesampainya di rumah setelah beraktivitas di luar sebagaimana disampaikan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Kementrian Kesehatan RI :
- Lepas sepatu sebelum masuk rumah
- Jangan menyentuh apapun sebelum mencuci tangan
- Lepas pakaian dan segera masukkan ke dalam keranjang terpisah
- Letakkan barang bawaan di dalam kotak terpisah
- Segera mandi
- Jika tidak langsung mandi, pastikan cuci semua area kulit yang terkena paparan udara luar
- Bersihkan peralatan elektronik serta kacamata menggunakan desinfektan serta tisu
- Bersihkan permukaan benda yang telah mengalami kontak dengan udara luar dengan desinfektan
Ketentuan selengkapnya mengenai cara melakukan pembersihan dan desinfeksi peralatan rumah mulai dari permukaan seperti karpet, elektronik serta pakaian dapat kamu temukan pada website Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
Kontributor: Addina Shafiyya Ediansjah