Semua orang punya potensi terinfeksi virus korona. Tua atau muda, sehat atau punya penyakit bawaan, virus korona nggak pilih-pilih. Mengetahui gejala penyakit COVID-19 pun menjadi penting untuk mempercepat penanganan dan pemberian tindakan medis. Nah, apakah kamu sudah tahu gejala positif virus korona? Ini dia gejala penyakit COVID-19 (CDC, 2020):

  • Demam atau kedinginan
  • Batuk (kering atau tidka berdahak)
  • Sesak napas atau kesulitan bernapas
  • Kelelahan
  • Nyeri otot atau tubuh
  • Sakit kepala
  • Kehilangan kempuan pengecap
  • Kehilangan kemampuan penciuman
  • Sakit tenggorokan
  • Hidung tersumbat atau pilek
  • Mual atau muntah
  • Diare

Gejala-gejala tersebut bisa muncul antara 2-14 hari semenjak terinfeksi virus. 

Dilansir dari Kompas.com, mayoritas orang yang terinfeksi menunjukkan gejala pada hari kelima dan keenam. Tanda-tanda penyakit akibat virus SARS-CoV-19 ini memang beragam, siapapun dapat mengalami gejala ringan hingga berat. Kalau kita lihat, beberapa gejala di atas, seperti batuk kering, sakit tenggorokan, atau pilek, merupakan gejala ringan yang sering dialami dalam kehidupan sehari-hari, bukan? 

Seseorang juga bisa menderita COVID-19 tanpa menunjukkan gejala apa pun

Tahukah kamu, ada beberapa kasus di mana para pasien COVID-19 bahkan tidak merasakan gejala-gejala di atas. Mereka merasa sehat dan terus menjalani aktivitas sehari-hari seperti biasa, padahal sebenarnya telah terinfeksi virus SARS-CoV-2. Kasus-kasus penderita COVID-19 tanpa gejala atau asimtomatik ini menimbulkan bahaya baru karena para penderita menjadi carrier atau “pembawa penyakit” dan menyebarkan penyakit tersebut ke lebih banyak orang. 

Dalam laporan WHO bulan Maret lalu, 80% dari kasus COVID-19 menunjukkan ciri infeksi ringan atau asimtomatik. Dikutip dari The Conversation, banyak penelitian yang mendukung bahwa tingkat asimtomatik sebenarnya berada pada rentang 40%, ditambah beberapa kasus dari pasien dengan pragejala.

Selain itu, dilansir dari European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC), dari 2.914 anak-anak yang menderita COVID-19 di Cina, Spanyol, Iran, Republik Korea dan Amerika Serikat, 14,9% di antaranya ternyata merupakan kasus asimtomatik. 

Bagaimana penularan virus penderita COVID-19 asimtomatik?

Chen Yi dkk. (2020) membandingkan infektivitas dari 51 pasien bergejala dan 8 asymptomatic carrier di Ningbo, Tiongkok. Studi dilakukan terhadap 2.147 kontak dekat dari para pasien. Di antara mereka, 110 terinfeksi dengan gejala dan 22 di antaranya merupakan kasus tanpa gejala. Dalam penelitian kuantitatif pertama yang membahas tentang penularan asimtomatik ini ditemukan bahwa tingkat infeksi kontak dekat dari infeksi simptomatik dan asimtomatik masing-masing adalah 6,30% (126/2001) dan 4,11% (6/146). 

Studi lain yang sejenis menyimpulkan bahwa efisiensi transmisi pembawa asimtomatik besarnya 1/3 dari kasus bergejala. Artinya, orang tanpa gejala menyebarkan virus semudah mereka yang memiliki gejala. 

Seram juga, ya. Jadi, apa yang bisa kita lakukan untuk membatasi penyebaran asimtomatik?

Selain mencegah tertular virus korona, protokol kesehatan 3 M juga dapat mencegah penularan virus korona apabila kita ternyata positif virus korona, tetapi tidak bergejala. Jangan bosan untuk memakai masker kapan pun di mana pun, mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, dan menjaga jarak 2 m dengan orang-orang yang kamu temui di luar rumah ya.

Di masa pandemi ini, kita tidak boleh lagi meremehkan gejala-gejala ringan tersebut. Kalau dahulu kita sering mengalami gejala-gejala ringan tersebut karena kelelahan atau tidak menjaga pola makan dengan baik, sekarang kita perlu lebih waspada dan memantau perkembangan kesehatan kita. Kita perlu berjaga-jaga dan menyiapkan langkah tambahan untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk, salah satunya dengan melakukan monitoring atau pemantauan kesehatan pribadi secara rutin.

Pemantauan kesehatan dengan langkah sederhana, mudah, dan tepat bisa kamu lakukan dengan melakukan pengisian data kesehatan di website AMARI. Dengan mengisi  formulir ceklis gejala di AMARI setiap hari, data kesehatanmu akan terekam dengan baik. Apabila gejala yang timbul bersifat terus menerus dan mengindikasikan pengguna terinfeksi virus korona, pihak telemedis akan menghubungi untuk berkonsultasi dengan pengguna dan menyaranakn pengguna memeriksakan diri ke rumah sakit. 

Oh iya, monitoring menggunakan AMARI juga memudahkan pelacakan apabila kamu termasuk ke dalam kasus konfirmasi. Yuk, lebih perhatikan kesehatan diri sendiri mulai sekarang!

Kontributor: Caroline Aretha M. 

Referensi: 

Centers for Disease Control and Prevention (2020). Diakses melalui https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/symptoms-testing/symptoms.html pada 10 Oktober 2020

Chen, Y., Wang, A., Yi, B., Ding, K., Wang, H., Wang, J., & Xu, G. (2020). The epidemiological characteristics of infection in close contacts of COVID-19 in Ningbo city. Chin J Epidemiol41(5), 668-672 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7322154/#ref8

WHO. (2020) Coronavirus disease 2019 (COVID-19) Situation Report – 46. Diakses melalui https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/situation-reports/20200306-sitrep-46-covid-19.pdf?sfvrsn=96b04adf_2

Kasus Positif Virus Korona dengan Gejala Ringan Marak Ditemui, Ini Pentingnya Rutin Monitoring Kesehatan Pribadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *