
Per 15 Oktober 2020, di seluruh dunia, terdapat 38,8 juta kasus terkonfirmasi positif COVID-19. Sebanyak 26,8 juta pasien telah dinyatakan sembuh sementara angka kematian menyentuh 1,1 juta jiwa. Sementara itu, di Indonesia sendiri terdapat 349.160 kasus terkonfirmasi dan 273.661 kasus di antaranya telah pulih dari penyakit akibat virus SARS-CoV-19 ini.
Dikutip dari The Conversation, banyak penyintas COVID-19 yang membagikan tentang gejala yang masih mereka derita melalui media sosial. Ternyata, beberapa pasien masih menderita gejala-gejala tersebut setelah lebih dari 60 hari terinfeksi. Sebutan bagi mereka adalah “long termers” atau “long haulers”.
Pada bulan Juli 2020, sebuah studi dari yang diterbitkan JAMA Network dari American Medical Association membahas tentang gejala jangka panjang infeksi COVID-19. Studi tersebut dilakukan terhadap sebuah kelompok berisi 143 orang penyintas dari Roma setidaknya 60 hari setelah infeksi. Kebanyakan dari mereka tidak membutuhkan rawat inap. Rupanya, sebanyak 44,1% kasus mengalami penurunan kualitas hidup. Gejala yang mereka rasakan ialah kelelahan yang terus-menerus (53,1%), sesak napas (43,4%), nyeri sendi (27,3%), dan nyeri dada (21,7%).
Ini artinya, pasien yang telah dinyatakan sembuh dari COVID-19 tidak serta merta akan benar-benar pulih dan memiliki kondisi kesehatan seperti semula.
Apa saja risiko efek jangka panjang tersebut?
Ini dia beberapa sistem dan organ tubuh yang dapat terpengaruh COVID-19 jangka Panjang berdasarkan laporan dari WHO pada 9 September 2020 lalu:
- Jantung: kerusakan otot jantung, gagal jantung
- Paru-paru: kerusakan jaringan paru-paru dan gagal paru restriktif
- Otak dan sistem saraf, seperti
- Kehilangan indra penciuman (anosmia)
- Konsekuensi kejadian trombo-emboli, seperti emboli paru, serangan jantung, dan stroke
- Gangguan kognitif, misalnya daya ingat dan konsentrasi
- Kesehatan mental: kecemasan, depresi, gangguan stres pascatrauma, dan gangguan tidur
- Muskuloskeletal dan lainnya: nyeri pada sendi dan otot serta kelelahan
Hmm, ternyata virus korona dapat menyebabkan penyakit berkepanjangan dan gejala yang terus menerus, bahkan pada orang yang masih muda atau tidak memiliki kondisi medis khusus.
Berapa lama efek kesehatan jangka panjang ini akan berlangsung?
Masih banyak yang belum diketahui terkait pengaruh COVID-19 dari waktu ke waktu, terutama bagi mereka yang telah dinyatakan sembuh. Berbagai penelitian diperlukan untuk mengetahui efek jangka panjang, alasan pengulangan atau menetapnya gejala, dan kemungkinan pemulihan kesehatan hingga 100%.
Sebagai referensi, WHO juga mengemukakan hasil penelitian dari jurnal internasional terkait efek jangka panjang dari penyakit akibat virus SARS-CoV, yakni severe acute respiratory syndrome (SARS) yang muncul pada tahun 2003 silam. Ternyata, selama 24 bulan, terdapat penurunan kemampuan berolahraga dan status kesehatan secara terus-menerus yang signifikan pada tubuh orang yang selamat dari SARS. Petugas kesehatan yang terdampak SARS bahkan mengalami dampak yang lebih nyata. Selain itu, 40% orang masih memiliki gejala kelelahan kronis hingga 3,5 tahun sejak didiagnosis menderita SARS.
Nah, agar tidak mengalami dampak kesehatan jangka panjang tersebut, jangan lupa lakukan hal-hal ini, ya!
Pencegahan ancaman virus korona merupakan tanggung jawab pribadi untuk melindungi diri sendiri maupun orang lain. Jangan lupa, #IngatPesanIbu! Memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, serta mencuci tangan menggunakan sabun harus terus diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Kebiasaan sehat ini tidak hanya melindungi kita dari potensi terinfeksi virus korona, tapi juga dari ancaman penyakit lain lo! Supaya kesehatanmu lebih terjamin, kamu juga bisa memantau kondisi kesehatan pribadi secara melalui Isian AMARI. Stay safe dan tetap di rumah aja, yuk!
Referensi:
Carfì, A., Bernabei, R., & Landi, F. for the Gemelli Against COVID-19 Post-Acute Care Study Group. (2020). Persistent Symptoms in Patients After Acute COVID-19. JAMA, 324(6), 603. doi: 10.1001/jama.2020.12603
WHO. (2020): What we know about Long-term effects of COVID-19. Diakses melalui https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/risk-comms-updates/update-36-long-term-symptoms.pdf?sfvrsn=5d3789a6_2 pada 15 Oktober 2020.
The Conversation (2020). Here’s what we know so far about the long-term symptoms of COVID-19. Diakses melalui https://theconversation.com/heres-what-we-know-so-far-about-the-long-term-symptoms-of-covid-19-142722 pada 19 Oktober 2020.
Kontributor: Caroline Aretha M.