Pandemi COVID-19 telah memakan begitu banyak korban jiwa. Tak hanya itu, infeksi virus korona di seluruh dunia juga menyebabkan anjloknya pertumbuhan ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Rupanya, ada dampak-dampak negatif lain akibat pandemi COVID-19 yang bisa jadi tidak kamu sadari. Hmm, kira-kira apa saja ya?

  1. Ancaman serius di balik meningkatnya timbulan limbah padat

Demi mencegah penularan infeksi SARS-CoV-2, kita kerap kali menggunakan peralatan sekali pakai, seperti alat makan, kemasan makanan, sarung tangan, hingga masker. Meskipun telah banyak pilihan untuk menerapkan protokol kesehatan yang ramah lingkungan (misalnya mengenakan masker kain), orang kebanyakan tetap memilih menggunakan masker sekali pakai. Pembatasan sosial dan kegiatan serta adanya kebijakan lockdown juga menyebabkan kita lebih mudah menekan tombol check-out di aplikasi-aplikasi belanja online. Selain menimbulkan emisi dari proses pengiriman, kegiatan ini tentu juga meningkatkan sampah dari kemasan paket yang kita beli. Belum lagi alat uji COVID-19, vaksin COVID-19, dan alat pelindung diri (APD) untuk menangani pasien COVID-19. Semuanya menyebabkan tingginya timbulan sampah atau limbah padat yang perlu ditangani. Limbah-limbah tersebut dapat dikategorikan sebagai limbah padat atau limbah domestik umum, limbah B3, ataupun limbah medis, tergantung penggunanya.

Jika tidak dikelola dengan cepat dan tepat, timbulan limbah padat selama pandemi tersebut tentu akan menimbulkan masalah baru bagi lingkungan dan mengancam keselamatan manusia maupun makhluk hidup lainnya. Limbah dari kemasan sekali pakai, misalnya. Tahukah kamu, plastik membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai, begitu pula dengan masker sekali pakai yang terdiri dari beberapa lapisan. Kamu tentu tak asing dengan kematian satwa liar akibat terjerat atau menelan barang-barang yang sulit terurai. 

Selain itu, dikutip dari sebuah studi yang dilakukan oleh Rume, T., dkk. pada 2020, akibat pandemi, banyak negara menunda kegiatan daur ulang sampah untuk mengurangi penularan infeksi virus. Sebut saja Amerika Serikat, Inggirs, dan Italia yang membatasi program daur ulang maupun melarang penduduknya memilah sampah. Tak bisa dipungkiri, semua kebijakan tersebut menyebabkan peningkatan penimbunan sampah dan polusi lingkungan di seluruh dunia. Kini, kamu tahu bahwa sampah yang kamu hasilkan dari aktivitas sehari-hari bisa menimbulkan masalah sebanyak itu. Nah, apakah kamu sudah mengelolanya dengan benar?

  1. ‘Korban tak disengaja’ dari kegiatan desinfeksi

Selama pandemi, kita jadi lebih berhati-hati saat beraktivitas di luar ruangan, mulai dari menyentuh peralatan dan menggunakan fasilitas umum, hingga mendesinfeksi area yang akan kita gunakan untuk beraktivitas. Namun, penggunaan disinfektan ternyata dapat membunuh spesies yang dapat menciptakan ketidakseimbangan ekologis, lo!

  1. Terbatasnya upaya perlindungan dan pelestarian alam

Akibat pandemi, aktivitas di kawasan konservasi, seperti cagar alam hingga kawasan margasatwa, juga ikut terbatasi. Hal ini rupanya menyebabkan munculnya spesies asing invasif. Spesies asing atau alien adalah spesies yang dibawa/terbawa masuk ke suatu ekosistem secara tidak alami. Sementar aitu, spesies invasif didefinisikan sebagai spesies, baik spesies asli maupun bukan, yang secara luas mempengaruhi habitatnya, dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, kerugian ekonomi, atau membahayakan manusia.

Selain itu, terbatasnya aktivitas manusia selama pandemi juga memengaruhi spesies yang menggantungkan makanan sehari-harinya pada manusia, lo, seperti monyet, burung camar, hingga tikus. Penurunan pendapatan akibat kurangnya pengunjung atau bahkan ditutupnya kawasan konservasi dan ekowisata juga memengaruhi kelangsungan hidup para hewan yang tinggal di dalamnya. Duh, apa kabar, satwa liar di kawasan konservasi di daerahmu? 

  1. Meningkatnya perburuan liar hingga perdagangan hewan ilegal

Keterbatasan untuk mengawasi alam berdampak pada tingginya kasus perburuan liar yang menyasar hewan terancam punah. Dikutip dari situs New York Times, di bagian lain Asia dan di seluruh Afrika, para pemburu liar bermunculan akibat hilangnya turis dan kurangnya anggaran penegakan hukum di bidang lingkungan hidup. Beberapa hewan yang diburu dan diperdagangkan secara ilegal, antara lain macan tutul dan harimau di India, elang di Pakistan, cula badak di Afrika Selatan dan Botswana, serta ikan di Brasil dan Filipina.

Rupanya, selama ini, pengunjung sangat berperan dalam pelestarian satwa liar. Pasalnya, pengunjung yang berkeliaran, apalagi difasilitasi dengan tur dari kawasan konservasi, akan membantu mengawasi perburuan liar serta melapor jika melihat seseorang yang membawa senjata.

Nah, setelah sebelumnya kamu mengetahui dampak positif yang tersembunyi di balik pandemi COVID-19, kini kamu juga mengetahui dampak negatifnya. Yuk, ikut mencegah dampak-dampak negatif ini berlarut-larut dengan cara mengelola sampah dengan benar serta menyebarluaskan info ini di media sosial atau ke teman-temanmu! 

***

Kontributor: Caroline Aretha M. (CAM)

Referensi:

Rume, T., & Islam, S. (2020). Environmental effects of COVID-19 pandemic and potential strategies of sustainability. Heliyon, 6(9), e04965. https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2020.e04965

Medical News Today (2022). How COVID-19 has changed the face of the natural world. Diakses melalui https://www.medicalnewstoday.com/articles/how-covid-19-has-changed-the-face-of-the-natural-world pada 12 Juni 2022.New York Times (2020). For Planet Earth, No Tourism Is a Curse and a Blessing. Diakses melalui https://www.nytimes.com/2021/03/07/travel/covid-pandemi-environmental-impact.html pada 12 Juni 2022.

Empat ‘Guncangan’ Akibat Pandemi yang Tidak Kamu Sadari

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *