Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa seseorang yang pernah terjangkit virus COVID-19 dapat mengalami infeksi kembali – apa penjelasan dibalik hal ini? Untuk menjawab pertanyaan ini mari kita beralih ke pertanyaan mendasar, bagaimana seseorang membentuk kekebalan atau imunitas terhadap virus secara umum?

Dilansir dari BBC News, sistem kekebalan tubuh kita merupakan sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi dan hal ini dapat dilakukan melalui dua mekanisme yang dikenal dengan istilah innate immune response serta adaptive immune response. Innate immune response bekerja kapanpun sebuah objek atau benda asing seperti virus memasuki tubuh. Respons yang diberikan kekebalan tubuh jenis ini berupa pelepasan zat kimia serta sel darah putih. Sistem ini tidak bekerja secara spesifik. 

Dalam konteks kekebalan tubuh terhadap virus COVID-19, yang diperlukan tubuh merupakan sistem kekebalan adaptive immune response, dimana tubuh akan memproduksi antibodi yang ditargetkan secara khusus untuk membunuh sel yang terinfeksi. Layaknya manusia, sebuah sistem adaptive immune response memerlukan waktu untuk “belajar” membentuk kekebalan tubuh, dan berbagai studi telah menunjukkan bahwa hal ini terjadi dalam kurun waktu sekitar 10 hari. Apabila sistem adaptive immune response ini telah berhasil membunuh sel berisi virus, tubuh akan memiliki ingatan pada saat sel terinfeksi virus COVID-19 sehingga memberikan perlindungan di masa depan.

Kini timbul pertanyaan selanjutnya – seberapa lama ingatan adaptive immune response ini dapat bertahan?

Mari kita kembali melakukan analogi kekebalan tubuh dengan ingatan manusia pada umumnya. Sama seperti kita, sistem kekebalan tubuh kita dapat mengingat sebagian infeksi, namun tidak dengan sebagian infeksi lain. Berbeda dengan cacar, dimana seseorang yang pernah terkena infeksi ini kemungkinan besar tidak akan mengalami infeksi ulang, infeksi seperti flu atau common cold ini dapat terjadi secara berturut-turut dalam waktu yang relatif singkat.

Studi yang dikeluarkan oleh HKU Department of Microbiology pada 24 Agustus silam mengkonfirmasi bahwa seseorang dapat terkena COVID-19 lebih dari satu kali. Temuan terbaru ini berasal dari sebuah kasus dimana seorang pria berumur 33 tahun pertama kali terinfeksi oleh COVID-19 pada bulan Maret. Setelah menunjukkan gejala-gejala pasien penderita COVID019 seperti batuk, radang tenggorokan yang juga disertai oleh demam tinggi dan sakit kepala, pria ini kemudian dirawat di sebuah rumah sakit hingga dinyatakan sembuh pada pertengahan bulan April. Pada bulan Agustus, pria ini kembali ke Hong Kong setelah bepergian menuju Spanyol dan Inggris. Pria ini dinyatakan positif COVID-19 kembali saat melakukan screening di bandara. 

Apa implikasi dari kejadian ini?

Kabar baiknya adalah bahwa kita tidak perlu terlalu khawatir akan kemungkinan terinfeksi virus COVID-19 lebih dari satu kali. Berdasarkan kasus yang terjadi di Hong Kong, ditemukan bahwa jumlah virus yang terdapat didalam tubuh pria tersebut menurun seiring berjalannya waktu, mengindikasikan terjadinya sistem kekebalan tubuh secara alami. Selama proses infeksi untuk kedua kalinya, ditemukan bahwa tubuhnya memproduksi antibodi dalam laju yang lebih cepat dibandingkan sebelumnya. Dapat disimpulkan bahwa tubuhnya telah berhasil “mengingat” infeksi virus sebelumnya.

Berita baik seperti di atas tidak berarti bahwa kita lantas menjadi lengah akan virus COVID-19 ini. Sebaliknya, mari kita selalu menjaga diri dengan menaati protokol kesehatan yang berlaku disertai dengan meningkatkan kekebalan tubuh kita melalui asupan gizi yang sseimbang serta melakukan aktivitas olahraga secara teratur.

Kontributor: Addina Shafiyya Ediansjah

Apakah Seseorang Dapat Terinfeksi COVID-19 Lebih Dari Satu Kali?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *