Tak disangka, makanan punya kaitan erat dengan virus korona, loh. Bagaimana hubungan makanan serta kemasannya dengan penularan virus korona?
Kasus penemuan virus korona pada makanan beku di Cina
Tahukah kamu, sejak awal Juli 2020, setidaknya terdapat sembilan insiden kontaminasi makanan di seluruh dunia di mana SARS-CoV-2 terdeteksi pada makanan impor, sebagian besar pada bahan kemasannya. Namun, pada bulan Agustus 2020 lalu, Cina menemukan jejak virus pada sayap ayam beku yang diimpor dari Brazil. Inilah kasus pertama di mana virus korona ditemukan menempel pada sampel makanan.
Kabar terakhir terkait hubungan antara makanan dan virus korona ini muncul pada pertengahan Oktober 2020. Dikutip dari The Guardian, otoritas kesehatan di Cina menemukan jejak genetik SARS-CoV-2 hidup di kemasan luar ikan cod beku di kota pantai timur Qingdao, meskipun tidak ada virus hidup yang berhasil diisolasi. Hal ini menunjukkan bahwa virus tersebut dapat bertahan dalam rantai pasokan dingin.
Pendapat otoritas keamanan pangan di dunia dan hasil penelitian
The Conversation telah merangkum beberapa pendapat dari otoritas keamanan pangan di seluruh dunia, seperti World Health Organization, European Food Safety and Authority, US Food and Drugs Administration, serta Australia New Zealand Food Standards (ANZFS) terkait potensi penularan virus korona lewat makanan. Berdasarkan data ilmiah, hingga saat artikel ini dirilis, otoritas keamanan pangan di dunia menyatakan bahwa belum ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa virus penyebab COVID-19 bisa ditransfer melalui makanan.
Dikutip dari laman ANZFS, COVID-19 adalah penyakit pernafasan yang menyebar dari orang ke orang dan bukanlah penyakit bawaan makanan (food-borne disease). Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa orang akan terinfeksi dengan menelan virus di dalam, atau pada, makanan atau minuman. Penelitian telah menunjukkan bahwa virus dapat dinonaktifkan di lingkungan asam lambung dan tidak mungkin mencapai saluran pencernaan dan menyebabkan penyakit.
Sementara itu, sebuah studi laboratorium terbaru yang dirilis pada Oktober 2020 menemukan bukti baru bahwa SARS -CoV-2 dapat bertahan dengan sangat stabil pada daging, ikan, dan kulit hewan selama masa studi (14–21 hari) pada suhu lemari es (4°C) dan suhu beku (-20°C dan -80°C). Bahkan, menurut WHO (2020), studi menunjukkan bahwa virus korona sangat stabil dalam suhu -20 ° C dan dapat bertahan hingga 2 tahun.
Tampaknya, dibutuhkan pandangan baru untuk menilai risiko kontaminasi SARS-CoV-2 terhadap makanan serta rute penularan dalam siklus hidup pangan yang disebut “farm-to-table”, yakni dari pemanenan di, pemrosesan dan penanganan, pengangkutan, dan penjualan eceran.
Bagaimana dengan food packaging?
Berdasarkan sebuah studi di laboratorium, virus korona dapat bertahan selama berjam-jam, bahkan berhari-hari, di beberapa bahan kemasan, seperti karton dan berbagai jenis plastik. Namun, beberapa ilmuwan juga masih mempertanyakan apakah hasil penelitian tersebut dapat terjadi juga di luar laboratorium. Apalagi, kondisi lingkungan di luar ruangan terkontrol (laboratorium) dapat berubah dengan cepat. Artinya, virus belum tentu dapat bertahan lama.
Dalam jurnal The Lancet, seorang profesor mikrobiologi di Universitas Rutgers juga menulis bahwa kemungkinan penularan melalui permukaan benda mati sangat kecil. Penularan dapat terjadi apabila seseorang yang terinfeksi virus korona batuk atau bersin di permukaan makanan kemudian orang lain menyentuh permukaan itu segera setelahnya (dalam kurun waktu satu sampai dua jam).
Apa yang bisa kita lakukan saat ini?
Risiko sangat rendah bukan berarti nol risiko. Peluang makanan terkontaminasi oleh virus korona atau penularan lewat makanan tentu ada, meski bukti ilmiah saat ini belum mencukupi. Jangan lupa untuk mencuci buah dan sayuran segar di bawah air mengalir sebelum dimakan. Ada baiknya kamu memisahkan penyimpanan, pisau, serta talenan yang digunakan untuk mengolah bahan mentah dan matang. Pastikan juga untuk memasak makanan dengan benar, terutama untuk bahan protein hewani.
Selain itu, terkait penularan dari food packaging, mungkin saja kemasan makanan yang kamu pesan lewat delivery atau take out terpapar oleh virus korona. Inilah pentingnya menerapkan kebiasaan cuci tangan dengan sabun. Hindari makan langsung di kemasan asalnya. Jangan lupa pindahkan makananmu ke piring sendiri lalu cuci tangan pakai sabun sebelum menyantap makanan.
Kontributor: Caroline Aretha M.
Referensi:
Han, J., Zhang, X., He, S., & Jia, P. (2020). Can the coronavirus disease be transmitted from food? A review of evidence, risks, policies and knowledge gaps. Environmental chemistry letters, 1–12. Advance online publication. https://doi.org/10.1007/s10311-020-01101-x
Australia New Zealand Food Standards (2020): Transmission of COVID-19 by food and food packaging. Diakses melalui https://www.foodstandards.gov.au/consumer/safety/Pages/Can-COVID-19-be-transmitted-by-food-or-food-packaging.aspx pada 6 Desember 2020.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2020): Panduan Gizi Seimbang pada Masa Pandemi COVID-19. Diakses melalui https://covid19.go.id/storage/app/media/Materi%20Edukasi/final-panduan-gizi-seimbang-pada-masa-covid-19-1.pdf pada 6 Desember 2020.
The Conversation. Apakah mungkin virus penyebab COVID-19 menular melalui makanan beku? Diakses melalui https://theconversation.com/apakah-mungkin-virus-penyebab-covid-19-menular-melalui-makanan-beku-146686 pada 6 Desember 2020.
BBC. Coronavirus: What are the risks of catching it from food packaging? Diakses melalui https://www.bbc.com/news/explainers-53783890 pada 6 Desember 2020.
The Guardian. Live coronavirus found on frozen food packaging in China. Diakses melalui https://www.theguardian.com/world/2020/oct/19/live-coronavirus-found-on-frozen-food-packaging-in-china pada 6 Desember 2020.